Rabu, 08 Juni 2016

JOURNALISM : REPORTASE

MAKALAH
JOURNALISM
“REPORTASE”
Description: IMG_20141029_155622.jpg

Disusun oleh :
Deina Dewi Puspita
A1A140182




UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2016



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kehadiran media massa di tengah perkembangan ilmu dan teknologi semakin terasa penting. Informasi yang disajikan kepada khalayak pun harus semakin cepat dan tepat. Ketidaktepatan informasi yang sampai kepada khalayak akan menimbulkan ketidakpercayaan khalayak terhadap media massa tersebut dan ketidak tepatan menyampaikan informasi akan mengurangi kepercayaan pembaca.
Perkembangan teknologi yang semakin canggih, menuntut kita sebagai manusia untuk memperoleh pengetahuan yang luas dengan memilih segala bentuk informasi penting melalui dari berbagai media. Reportase merupakan salah satu sumber informasi yang dianggap penting untuk di konsumsi. Selain itu, untuk memperoleh informasi yang akurat, maka reportase lah solusinya. Berangkat dari permasalahan di atas, perlu kiranya kita mengkaji tentang reportase yang kami mulai dari pengertian sampai teknik penulisan reportase yang baik.
1.2  Rumusan Masalah
Dari makalah ini dapat dapat merumuskan masalah apa-apa saja yang terdapat dalam reportase, diantaranya
1.       Apa pengertian reportase?
  1. Apa saja jenis-jenis reportase?
  2. Apa saja strategi dalam reportase?
  3. Bagaimana bentuk arus informasi dalam reportase ?
  4. Bagaimana jenis kelayakan berita dalam reportase ?
  5. Bagaimana tahapan-tahapan dalam menulis berita dalam reportase ?
  6. Bagaimana teknik dalam reportase?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Reportase
Menurut Yumaldi ( 2004 ) Reportase adalah kegiatan jurnalistik dalam meliput langsung peristiwa atau kejadian di lapangan. Wartawan mendatangi langsung tempat kejadian atau TKP (Tempat Kejadian Perkara) lalu mengumpilkan fakta dan data seputar peristiwa tersebut. Di sini, reporter selain melaporkan apa yang dilihat di lapangan, juga memberikan tambahan informasi yang ada relevansinya dengan peristiwa yang sedang berlangsung, misalnya ,latar belakang peristiwa, maksud dan tujuan, dalam rangka apa peristiwa diadakan, hal serupa kapan pernah diadakan, dll.
Menurut Steve Weinberg Reportase berasal dari bahasa Latin, reportare, yang berarti membawa pulang sesuatu dari tempat lain. Bila dikaitkan dengan kegiatan jurnalisme, hal itu menjelaskan seorang jurnalis yang membawa laporan kejadian dari suatu tempat, di mana telah terjadi sesuatu.
Sedangkan investigasi berasal dari bahasa Inggris investigative, yang asalnya juga dari bahasa Latin, vestigum artinya jejak kaki. Pada sisi ini menyiratkan berbagai bukti yang telah menjadi suatu fakta. Reportase investigasi merupakan sebuah kegiatan peliputan yang mencari, menemukan, dan menyampaikan fakta-fakta adanya pelanggaran, kesalahan, atau kejahatan yang merugikan kepentingan.
2.2 Jenis-Jenis Reportase
Dari pengertian reportase di atas mengantarkan pembagian jenis terhadap reportase. Menurut Koesworo dkk membagi reportase menjadi:
1. Reportase Sederhana
Merupakan laporan-laporan yang dibuat oleh wartawan yang disajikan secara sederhana. Reportase sederhana bisa berupa laporan hasil perjalanan keliling. Reportase sederhana juga berupa laporan atau deskripsi tentang suatu peristiwa atau kegiatan yang memperhitungkan nilai berita. Reportase sederhana dapat disamakan dengan reportase faktual yang dikemukakan Jacob Oetama (1987;195), yaitu reportase yang melihat suatu peristiwa hanya dari satu dimensi, dimensi linier, kronologi kejadian, itupun dilakukan secara sekilas.
2.  Reportase Mendalam
Reportase ini mempunyai 3 jenis yaitu :
1.      Reportase Interpretatif
Pada umumnya, reportase interpretatif dikerjakan oleh banyak wartawan. Reportase model ini, bertujuan untuk menjelaskan permasalahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, banyaknya remaja yang dibunuh dan diperkosa, semakin merajalelanya geng motor. Permasalahan ini disusun menjadi reportase dengan data-data yang dianalisis dari para pakar yang diwawancarai para wartawan disajikan untuk menjelaskan permasalahan yang terjadi. Dalam bukunya yang berjudul Kiat Praktis Jurnalistik, Yurnaldi mendefinisikan reportase interpretatif sebagai pengungkapan peristiwa yang disertai usaha memberikan arti pada peristiwa tersebut, menyajikan informasi. Jacob Oetama (1987: 195) juga menegaskan, dalam reportase interpretatif dikaji latar belakang peristiwa, diperkirakan arah kecenderungan perkembangan peristiwa, dihubungkan dengan peristiwa lain yang akan memberi kelengkapan dan memperjelas makna dari peristiwa pokok yang dijadikan berita. Lebih jelasnya, untuk menyusun reportase interpretatif, wartawan terlebih dahulu mengumpulkan suatu analisis, kajian, dan interpretasi beberapa narasumber.
2.      Reportase Partisipatif
Pada dasarnya, reportase ini merupakan reportase yang lebih banyak ditentukan oleh permasalahan yang akan disajikan. Reportase partisipatif dibuat untuk menyajikan kehidupan sosial yang sebenarnya terjadi.
3.      Reportase Investigatif
Reportase investigatif adalah reportase yang mengangkat kasus-kasus kehidupan sosial yang ada. Kasus yang dipilih biasanya yang benar-benar berbobot untuk disajkan. Awalnya, permasalahan ini kelihatan samar-samar tapi benar-benar terjadi. Sebelum reportase ini disusun, wartawan perlu mengumpulkan data dengan penelitian yang berkesinambungan, sehingga tercipta laporan yang akurat, lengkap, dan bisa dipertanggungjawabkan. Karena untuk pengumpulan data harus dilakukan penelitian atau pelacakan, maka reportase ini disebut reportase investigatif. Permasalahan yang bisa diangkat misalnya: penemuan kelompok pencuri kendaraan bermotor yang terorganisasi.
2.3 Strategi dalam Reportase
Reportase adalah laporan pandangan mata, baik langsung maupun tunda, dari lokasi peristiwa. Disini, reporter selain melaporkan apa yang dilihat di lapangan, juga memberikan tambahan informasi yang ada relevansinya dengan peristiwa yang sedang berlangsung, misalnya, latar belakang, maksud tujuan, dalam rangka apa peristiwa diadakan, hal serupa kapan pernah diadakan, dan lain –lain. Sifat reportase adalah sistematis dan kronologis. Naskah reportase berbentuk pointers yang berisi hal-hal penting saja dan yang ada kaitan dengan apa yang dilaporkan. Disini, reporter dalam melakukan reportase tinggal mengkombinasikan apa yang di lihatnya dengan referensi lain yang relevan, yang sudah dicatat dalam bentuk pointers. Dalam proses reportase ini, reporter dituntut memiliki keterampilan dalam melaporkan, dan keterampilan ini hanya dapat diperoleh melalui pengalaman. Semakin banyak melakukan reportase, seorang reporter akan semakin matang dalam melakukan reportase langsung di lapangan. Sebelum melakukan reportase, seorang reporter perlu mempersiapkan diri secara sempurna, khususnya mencari bahan-bahan reportase yang relevan.  Dengan bahan-bahan yang telah dipersiapkan secara matang sebelum melakukan reportase, reporter tidak akan kehabisan bahan dan kata-kata sehingga reportase dapat berjalan dengan lancar, tanpa ada kesalahan sedikit pun.
2.4      Bentuk Informasi dalam Reportase
Di dalam reportase terdapat beberapa bagian bentuk menginformasikan berita kepada publik, diantaranya dengan cara :
1.      Siaran Langsung / Live in
Siaran Langsung adalah reportase yang dilakukan secara langsung di lapangan serta penyiaran gambar secara langsung kepada khalayak. Apa yang dilaporkan dan gambar apa yang diambil saat itu, langsung dipancarluaskan atau ditransmisikan, dan secara langsung dapat didengar atau ditonton oleh khalayak pendengar atau pemirsa. 
2.         Siaran Tunda / by the record
Pada siaran tunda, hasil reportase tidak disiarkan secara langsung kepada khalayak, tetapi direkam dulu dalam pita tape. Materi ini kan disiarkan sesuai waktu yang telah direncanakan. Jika sewaktu melakukan reportase terjadi kesalahan, kesalahan ini masih dapat diperbaiki atau dihilangkan di ruang pengeditan. Hal ini dimungkinkan karena siaranya bersifat tunda. Materi dapat pula disunting kembali untuk disesuaikan durasi waktunya dengan alokasi yang tersedia. 
2.5      Jenis Kelayakan Berita dalam Reportase
 Untuk reportase perlu juga kita memperhatikan kelayakan sebuah berita. Mulyadi (2003) menunjukkan adanya tujuh kriteria kelayakan berita, yaitu sebagai berikut:
1.   Penting, Pengesahan RUU Sisdiknas bersifat penting karena menyangkut kepentingan rakyat banyak yang menjadi pembaca media bersangkutan. Maka, hal tersebut layak menjadi berita. Ini juga relatif tergantung dari khalayak pembaca yang dituju. Isu Jokowi menjadi calon presiden tentu penting untuk dimuat di Harian Republika/ Kompas/ Media Indonesia. Namun, kurang penting dimuat di majalah Gadis karena khalayak pembacanya berbeda.
2.  Baru terjadi, bukan peristiwa lama. Peristiwa yang telah terjadi pada sepuluh tahun yang lalu jelas tidak bisa menjadi berita atau objek reportase.
3.  Unik, bukan sesuatu yang biasa,  Seorang mahasiswa yang kuliah tiap hari adalah peristiwa biasa. Akan tetapi, jika kejadian mahasiswa membunuh dosen, itu luar biasa.
4. Asas keterkenalan, Kalau mobil Anda ditabrak mobil lain, hal itu tidak pantas menjadi berita. Namun, kalau mobil yang ditumpangi Jokowi ditabrak mobil lain, itu akan menjadi problema dunia.
5.  Asas kedekatan,  Asas kedekatan ini bisa diukur secara geografis maupun kedekatan emosional. Tsunami di Jepang yang telah menghanyutkan ratusan orang masih kalah nilai beritanya dibandingkan Tsunami yang  melanda Aceh karena lebih dekat dengan kita.
6. Magnitude (dampak suatu peristiwa),  demonstrasi yang dilakukan oleh sepuluh ribu mahasiswa tentu lebih besar dampaknya dibanding demonstrasi oleh seratus mahasiswa.
7. Tren,  Sesuatu bisa menjadi berita ketika menjadi kecenderungan yang meluas di masyarakat.  Misalnya, sekarang orang mudah marah dan membunuh pelaku kejahatan kecil (pencuri, pencopet) dengan cara dipukuli hingga babak belur dan meninggal.
2.6      Tahapan – Tahapan dalam Reportase
Menurut Goenawan Moehammad wartawan senior Indonesia tahapannya sebagai berikut
  • Lapisan pertama: Adalah fakta-fakta permukaan. Seperti: siaran pers, konferensi pers, pidato, dan sebagainya. Informasi disediakan narasumber sehingga masih  sepihak.
  • Lapisan kedua: Adalah upaya pelaporan yang dilakukan sendiri oleh si reporter. Di sini, sang reporter melakukan verifikasi, pelaporan investigatif, liputan atas  peristiwa-peristiwa spontan, dan sebagainya. Di sini, peristiwa sudah bergerak di luar kontrol narasumber awal.
  • Lapisan ketiga: Adalah interpretasi (penafsiran) dan analisis. Di sini si reporter menguraikan signifikansi atau arti penting suatu peristiwa,  penyebab-penyebabnya, dan konsekuensinya.
2.7      Teknik Pembuatan Reportase
Teknik pengumpulan data dan fakta dalam reportase setidaknya ada 3 macam, yaitu:
1.      Wawancara
Wawancara merupakan bentuk reportase dengan cara mengumpulkan data berupa pendapat, pandangan, dan pengamatan seseorang tentang suatu peristiwa. Orang yang menjadi objek wawancara disebut narasumber. 5W + 1H menjadi pertanyaan yang wajib dalam sebuah wawancara. Ini digunakan untuk mengetahui jalan sebuah peristiwa yang hendak reporter jadikan berita. Setelah 5W + 1H terjawab, hal yang harus dilakukan seorang reporter dalam melontarkan pertanyaan adalah, What next? Selanjutnya apa?
Narasumber dalam reportase maupun wawancara dibedakan menjadi 2, yaitu :
1.      Narasumber primer : narasumber yang paling tahu dan memiliki peranan penting dalam sebuah peristiwa.
2.      Narasumber sekunder  : narasumber yang keterangannya hanya berfungsi untuk melengkapiatau mendukung.
Ketika melakukan wawancara ada lima hal yang tidak boleh dilupakan :
o   Seorang reporter harus mengenalkan diri (nama dan instansi), kecuali pada reportase investigasi.
o   Menanyakan identitas dan atribut narasumber.
o   Mendokumentasikan (mencatat, merekam, mengambil gambar) data dari narasumber.
o   Jangan mendebat narasumber.
o   Menjalin hubungan yang baik dengan narasumber.
Beberapa persiapan yang dilakukan agar wawancara berjalan lancar dan efektif antara lain :
Ø  Menguasai tema yang akan ditanyakan kepada narasumber 
Ø  Siapkan pertanyaan atau term of reference. Ini penting agar tidak ada permasalahan yang luput ditanyakan pada narasumber.
Ø  Bawa alat perekam. selain berfungsi untuk memudahkan reporter menulis hasil wawancara, keberadaan alat perekam bisa menjadi bukti apabila sewaktu-waktu narasumber mengelak dan protes terhadap berita yang ditulis.
Ø  Menghargai narasumber dan membuat janjian.

2.      Observasi atau pengamatan
Observasi atau pengamatan merupakan teknik rreportase dengan cara mengamati baik setting maupun alur sebuah peristiwa di lapangan, menggunakan semua indera adalah keharusan pada saat pengamatan. Dan terjun langsung ke lapangan, reporter akan merasakan langsung peristiwa yang terjadi di lapangan, sehingga ia bisa menyampaikan informasi yang valid kepada pembaca. Pada saat observasi ini, data yang diperoleh sebaiknya didokumentasikan.
3.      Riset dokumentasi
Riset dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dan fakta dengan riset melalui buku, internet, dan sumber-sumber dokumentasi data lainnya.Dalam memilah bukti, semua indera kita harus terlibat untuk memilah mana yang berarti dan tidak berarti untuk mendukung suatu peristiwa.
Berikut langkah untuk memastikan kembali, apakah semua bukti telah mendukung sebuah peristiwa
• Kenali bukti yang di temukan dan pahami sifat dasar bukti tersebut. biasanya dari narasumber yang memberikan informasi data dan fakta, semua harus dipahami terlebih dahulu.
• Apakah bukti tersebut saling berkaitan ( jika iya, sampai kemana bukti tersebut saling berkaitan)
• Pastikan harus ada kesimpulan dari semua bukti yang sudah dikumpulkan, untuk ada sikap didalam sebuah berita.
• Cek, Ricek, dan Triplecek semua bukti yang sudah ada
Menurut Bill Koevach Seperti halnya bangunan, kegiatan jurnalistik, berdasarkan teknik-tekniknya bisa dikelompokkan kepada tiga jenis :
ü  Reportase interpretatif  / dasar → menghasilkan berita langsung (straight news).
ü  Reportase partisipatif /  madya (menengah) → menghasilkan berita kisah (news feature).
ü  Reportase / investigatif lanjutan → menghasilkan berita analisis (news analysis).
Semua teknik reportase dasar mutlak diperlukan dalam reportase madya dan reportase lanjutan. Akan tetapi, banyak teknik-teknik reportase lanjutan yang tidak perlu dipakai dalam reportase madya dan reportase dasar. Demikian juga halnya dengan teknik reportase madya dalam reportase dasar.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Steve Weinberg Reportase berasal dari bahasa Latin, reportare, yang berarti membawa pulang sesuatu dari tempat lain. Reportase adalah kegiatan jurnalistik dalam meliput langsung peristiwa atau kejadian di lapangan. Wartawan mendatangi langsung tempat kejadian atau TKP (Tempat Kejadian Perkara) lalu mengumpilkan fakta dan data seputar peristiwa tersebut. Di sini, reporter selain melaporkan apa yang dilihat di lapangan, juga memberikan tambahan informasi yang ada relevansinya dengan peristiwa yang sedang berlangsung. Reportase memiliki beberapa macam diantaranya reportase sederhana dan reportase mendalam. Reportase ini terbagi lagi menjadi reportase interpretatif, partisipatif dan investigasi.
Reportase dan berita berbeda dalam teknik penyajian, yaitu teknik reportase dan teknik penyajian berita. Sekalipun demikian, baik reportase maupun berita, keduanya merupakan karya jurnalistik. Reportase berfungsi menjelaskan atau melaporkan apa yang dilihat di lokasi kejadian, sedangkan berita berfungsi menginformasikan fakta yang timbul sebagai akibat adanya suatu peristiwa dan atau pendapat. Dengan demikian, reportase memiliki fungsi lebih luas, yaitu selain menginformasikan, juga menjelaskan, sedangkan berita hanya menginformasikan fakta.
3.2      Saran
Diharapkan kedepannya agar pemberitaan di media dapat ditingkatkan lagi sumber dan bukti yang akurat yang dicari di lapangan, dan seorang jurnalis tidak mudah terpengaruh dengan isu-isu yang tidak akurat dilapangan yang membuat kesulitan wartawan dalam mencari bukti-bukti dilapangan karena wartawan sudah memiliki beberapa aturan hukum diantaranya aturan hukum pers dan undang-undang penyiaran.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Yanuar, Dasar-Dasar Kewartawanan, Padang: Angkasa Raya, 1992
M. Romli, Asep Syamsul, Jurnalistik Praktis untuk Pemula, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009
Ermanto, Wawasan Jurnalistik Praktis, Yogyakarta: Cinta Pena, 2005
Kuncoro, Mudrajad, Mahir Menulis, Jakarta: Erlangga, 2009
Yurnaldi, Kiat Praktis Jurnalistik, Padang: Angkasa Raya, 1992

www.academia.edu/Teknik Reportase Dasar diakses pada tanggal 9 Juni 2016 pukul 10.30

2 komentar:

  1. IGT to ZR/ZR zinc oxide and titanium dioxide sunscreen
    ZR/ZR zinc oxide and titanium dioxide sunscreen. ZR/ZR zinc oxide titanium strength and titanium dioxide sunscreen. titanium banger 1,400. ZR/ZR, ZR/ZR. 442. ZR/ZR, titanium spork ZR/ZR, ZR/ZR. 442. ZR/ZR, ZR/ZR, babyliss pro titanium ZR/ZR, ZR/ZR. 442. ZR/ZR. micro touch hair trimmer

    BalasHapus