MAKALAH
JOURNALISM
“REPORTASE”

Disusun
oleh :
Deina
Dewi Puspita
A1A140182
UNIVERSITAS
AL-GHIFARI
BANDUNG
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kehadiran media massa di tengah
perkembangan ilmu dan teknologi semakin terasa penting. Informasi yang
disajikan kepada khalayak pun harus semakin cepat dan tepat. Ketidaktepatan
informasi yang sampai kepada khalayak akan menimbulkan ketidakpercayaan
khalayak terhadap media massa tersebut dan ketidak tepatan menyampaikan
informasi akan mengurangi kepercayaan pembaca.
Perkembangan teknologi yang semakin canggih,
menuntut kita sebagai manusia untuk memperoleh pengetahuan yang luas dengan
memilih segala bentuk informasi penting melalui dari berbagai media. Reportase
merupakan salah satu sumber informasi yang dianggap penting untuk di konsumsi.
Selain itu, untuk memperoleh informasi yang akurat, maka reportase lah
solusinya. Berangkat dari permasalahan di atas, perlu kiranya kita mengkaji
tentang reportase yang kami mulai dari pengertian sampai teknik penulisan
reportase yang baik.
1.2
Rumusan Masalah
Dari
makalah ini dapat dapat merumuskan masalah apa-apa saja yang terdapat dalam reportase,
diantaranya
1. Apa pengertian
reportase?
- Apa
saja jenis-jenis reportase?
- Apa
saja strategi dalam reportase?
- Bagaimana
bentuk arus informasi dalam reportase ?
- Bagaimana jenis
kelayakan berita dalam reportase ?
- Bagaimana
tahapan-tahapan dalam menulis berita dalam reportase ?
- Bagaimana
teknik dalam reportase?
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Reportase
Menurut Yumaldi ( 2004 ) Reportase adalah
kegiatan jurnalistik dalam meliput langsung peristiwa atau kejadian di
lapangan. Wartawan mendatangi langsung tempat kejadian atau TKP (Tempat
Kejadian Perkara) lalu mengumpilkan fakta dan data seputar peristiwa tersebut.
Di sini, reporter selain melaporkan apa yang dilihat di lapangan, juga
memberikan tambahan informasi yang ada relevansinya dengan peristiwa yang
sedang berlangsung, misalnya ,latar belakang peristiwa, maksud dan tujuan,
dalam rangka apa peristiwa diadakan, hal serupa kapan pernah diadakan, dll.
Menurut Steve Weinberg Reportase berasal dari
bahasa Latin, reportare, yang berarti membawa pulang sesuatu dari tempat lain.
Bila dikaitkan dengan kegiatan jurnalisme, hal itu menjelaskan seorang jurnalis
yang membawa laporan kejadian dari suatu tempat, di mana telah terjadi sesuatu.
Sedangkan
investigasi berasal dari bahasa Inggris investigative, yang asalnya juga dari
bahasa Latin, vestigum artinya jejak kaki. Pada sisi ini menyiratkan berbagai
bukti yang telah menjadi suatu fakta. Reportase investigasi merupakan sebuah
kegiatan peliputan yang mencari, menemukan, dan menyampaikan fakta-fakta adanya
pelanggaran, kesalahan, atau kejahatan yang merugikan kepentingan.
2.2 Jenis-Jenis Reportase
Dari
pengertian reportase di atas mengantarkan pembagian jenis terhadap reportase.
Menurut Koesworo dkk membagi reportase menjadi:
1.
Reportase Sederhana
Merupakan
laporan-laporan yang dibuat oleh wartawan yang disajikan secara sederhana.
Reportase sederhana bisa berupa laporan hasil perjalanan keliling. Reportase
sederhana juga berupa laporan atau deskripsi tentang suatu peristiwa atau
kegiatan yang memperhitungkan nilai berita. Reportase sederhana dapat disamakan
dengan reportase faktual yang dikemukakan Jacob Oetama (1987;195), yaitu reportase
yang melihat suatu peristiwa hanya dari satu dimensi, dimensi linier, kronologi
kejadian, itupun dilakukan secara sekilas.
2.
Reportase Mendalam
Reportase
ini mempunyai 3 jenis yaitu :
1. Reportase
Interpretatif
Pada
umumnya, reportase interpretatif dikerjakan oleh banyak wartawan. Reportase
model ini, bertujuan untuk menjelaskan permasalahan sosial yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat. Misalnya, banyaknya remaja yang dibunuh dan diperkosa,
semakin merajalelanya geng motor. Permasalahan ini disusun menjadi reportase
dengan data-data yang dianalisis dari para pakar yang diwawancarai para
wartawan disajikan untuk menjelaskan permasalahan yang terjadi. Dalam bukunya
yang berjudul Kiat Praktis Jurnalistik, Yurnaldi mendefinisikan reportase interpretatif
sebagai pengungkapan peristiwa yang disertai usaha memberikan arti pada
peristiwa tersebut, menyajikan informasi. Jacob Oetama (1987: 195) juga
menegaskan, dalam reportase interpretatif dikaji latar belakang peristiwa,
diperkirakan arah kecenderungan perkembangan peristiwa, dihubungkan dengan
peristiwa lain yang akan memberi kelengkapan dan memperjelas makna dari
peristiwa pokok yang dijadikan berita. Lebih jelasnya, untuk menyusun reportase
interpretatif, wartawan terlebih dahulu mengumpulkan suatu analisis, kajian,
dan interpretasi beberapa narasumber.
2. Reportase
Partisipatif
Pada
dasarnya, reportase ini merupakan reportase yang lebih banyak ditentukan oleh
permasalahan yang akan disajikan. Reportase partisipatif dibuat untuk
menyajikan kehidupan sosial yang sebenarnya terjadi.
3. Reportase
Investigatif
Reportase
investigatif adalah reportase yang mengangkat kasus-kasus kehidupan sosial yang
ada. Kasus yang dipilih biasanya yang benar-benar berbobot untuk disajkan.
Awalnya, permasalahan ini kelihatan samar-samar tapi benar-benar terjadi.
Sebelum reportase ini disusun, wartawan perlu mengumpulkan data dengan
penelitian yang berkesinambungan, sehingga tercipta laporan yang akurat,
lengkap, dan bisa dipertanggungjawabkan. Karena untuk pengumpulan data harus
dilakukan penelitian atau pelacakan, maka reportase ini disebut reportase
investigatif. Permasalahan yang bisa diangkat misalnya: penemuan kelompok
pencuri kendaraan bermotor yang terorganisasi.
2.3 Strategi dalam Reportase
Reportase adalah laporan pandangan mata, baik
langsung maupun tunda, dari lokasi peristiwa. Disini, reporter selain
melaporkan apa yang dilihat di lapangan, juga memberikan tambahan informasi
yang ada relevansinya dengan peristiwa yang sedang berlangsung, misalnya, latar
belakang, maksud tujuan, dalam rangka apa peristiwa diadakan, hal serupa kapan
pernah diadakan, dan lain –lain. Sifat reportase adalah sistematis dan
kronologis. Naskah reportase berbentuk pointers yang berisi hal-hal penting
saja dan yang ada kaitan dengan apa yang dilaporkan. Disini, reporter dalam
melakukan reportase tinggal mengkombinasikan apa yang di lihatnya dengan
referensi lain yang relevan, yang sudah dicatat dalam bentuk pointers. Dalam
proses reportase ini, reporter dituntut memiliki keterampilan dalam melaporkan,
dan keterampilan ini hanya dapat diperoleh melalui pengalaman. Semakin banyak
melakukan reportase, seorang reporter akan semakin matang dalam melakukan
reportase langsung di lapangan. Sebelum melakukan reportase, seorang reporter perlu
mempersiapkan diri secara sempurna, khususnya mencari bahan-bahan reportase
yang relevan. Dengan bahan-bahan yang
telah dipersiapkan secara matang sebelum melakukan reportase, reporter tidak
akan kehabisan bahan dan kata-kata sehingga reportase dapat berjalan dengan
lancar, tanpa ada kesalahan sedikit pun.
2.4 Bentuk
Informasi dalam Reportase
Di
dalam reportase terdapat beberapa bagian bentuk menginformasikan berita kepada
publik, diantaranya dengan cara :
1. Siaran
Langsung / Live in
Siaran
Langsung adalah reportase yang dilakukan secara langsung di lapangan serta
penyiaran gambar secara langsung kepada khalayak. Apa yang dilaporkan dan
gambar apa yang diambil saat itu, langsung dipancarluaskan atau ditransmisikan,
dan secara langsung dapat didengar atau ditonton oleh khalayak pendengar atau
pemirsa.
2. Siaran
Tunda / by the record
Pada
siaran tunda, hasil reportase tidak disiarkan secara langsung kepada khalayak,
tetapi direkam dulu dalam pita tape. Materi ini kan disiarkan sesuai waktu yang
telah direncanakan. Jika sewaktu melakukan reportase terjadi kesalahan,
kesalahan ini masih dapat diperbaiki atau dihilangkan di ruang pengeditan. Hal
ini dimungkinkan karena siaranya bersifat tunda. Materi dapat pula disunting
kembali untuk disesuaikan durasi waktunya dengan alokasi yang tersedia.
2.5 Jenis
Kelayakan Berita dalam Reportase
Untuk
reportase perlu juga kita memperhatikan
kelayakan sebuah berita. Mulyadi (2003) menunjukkan
adanya tujuh kriteria kelayakan berita, yaitu sebagai berikut:
1. Penting, Pengesahan RUU Sisdiknas bersifat
penting karena menyangkut kepentingan rakyat banyak yang menjadi pembaca
media bersangkutan. Maka, hal tersebut layak menjadi berita. Ini juga
relatif tergantung dari khalayak pembaca yang dituju. Isu Jokowi menjadi
calon presiden tentu penting untuk dimuat di Harian Republika/ Kompas/
Media Indonesia. Namun, kurang penting dimuat di majalah Gadis karena
khalayak pembacanya berbeda.
2. Baru terjadi, bukan peristiwa lama. Peristiwa
yang telah terjadi pada sepuluh tahun yang lalu jelas tidak bisa menjadi
berita atau objek reportase.
3. Unik, bukan sesuatu yang biasa, Seorang
mahasiswa yang kuliah tiap hari adalah peristiwa biasa. Akan tetapi, jika kejadian
mahasiswa membunuh dosen, itu luar biasa.
4. Asas keterkenalan, Kalau mobil Anda ditabrak
mobil lain, hal itu tidak pantas menjadi berita. Namun, kalau mobil yang
ditumpangi Jokowi ditabrak mobil lain, itu akan menjadi problema dunia.
5. Asas kedekatan, Asas kedekatan ini bisa
diukur secara geografis maupun kedekatan emosional. Tsunami di Jepang yang
telah menghanyutkan ratusan orang masih kalah nilai beritanya dibandingkan Tsunami
yang melanda Aceh karena lebih dekat dengan kita.
6. Magnitude (dampak suatu peristiwa), demonstrasi
yang dilakukan oleh sepuluh ribu mahasiswa tentu lebih besar dampaknya
dibanding demonstrasi oleh seratus mahasiswa.
7. Tren, Sesuatu bisa menjadi berita ketika
menjadi kecenderungan yang meluas di masyarakat. Misalnya, sekarang
orang mudah marah dan membunuh pelaku kejahatan kecil (pencuri, pencopet) dengan
cara dipukuli hingga babak belur dan meninggal.
2.6 Tahapan
– Tahapan dalam Reportase
Menurut Goenawan Moehammad wartawan senior Indonesia
tahapannya sebagai berikut
- Lapisan pertama: Adalah fakta-fakta permukaan.
Seperti: siaran pers, konferensi pers, pidato, dan sebagainya. Informasi
disediakan narasumber sehingga masih sepihak.
- Lapisan kedua: Adalah upaya pelaporan yang
dilakukan sendiri oleh si reporter. Di sini, sang reporter melakukan
verifikasi, pelaporan investigatif, liputan atas peristiwa-peristiwa
spontan, dan sebagainya. Di sini, peristiwa sudah bergerak di luar kontrol
narasumber awal.
- Lapisan ketiga: Adalah interpretasi (penafsiran) dan
analisis. Di sini si reporter menguraikan signifikansi atau arti penting
suatu peristiwa, penyebab-penyebabnya, dan konsekuensinya.
2.7 Teknik
Pembuatan Reportase
Teknik pengumpulan data dan fakta
dalam reportase setidaknya ada 3 macam, yaitu:
1.
Wawancara
Wawancara merupakan bentuk reportase dengan cara mengumpulkan data berupa pendapat, pandangan, dan pengamatan seseorang tentang suatu peristiwa. Orang yang menjadi objek wawancara
disebut narasumber. 5W + 1H menjadi pertanyaan yang wajib dalam sebuah wawancara.
Ini digunakan untuk mengetahui jalan sebuah peristiwa yang hendak reporter
jadikan berita. Setelah 5W + 1H terjawab, hal yang harus dilakukan seorang
reporter dalam melontarkan pertanyaan adalah, What next? Selanjutnya apa?
Narasumber
dalam reportase maupun wawancara dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Narasumber primer : narasumber yang paling tahu dan memiliki peranan
penting dalam sebuah peristiwa.
2. Narasumber sekunder
: narasumber yang keterangannya hanya berfungsi
untuk melengkapiatau mendukung.
Ketika
melakukan wawancara ada lima hal yang tidak boleh dilupakan :
o
Seorang reporter harus mengenalkan diri (nama dan instansi),
kecuali pada reportase investigasi.
o
Menanyakan identitas dan atribut
narasumber.
o
Mendokumentasikan (mencatat, merekam,
mengambil gambar) data dari narasumber.
o
Jangan mendebat narasumber.
o
Menjalin hubungan yang baik dengan
narasumber.
Beberapa
persiapan yang dilakukan agar wawancara berjalan lancar dan efektif antara
lain :
Ø Menguasai
tema yang akan ditanyakan kepada narasumber
Ø Siapkan
pertanyaan atau term of reference. Ini penting agar tidak ada permasalahan yang
luput ditanyakan pada narasumber.
Ø Bawa
alat perekam. selain berfungsi untuk memudahkan reporter menulis hasil
wawancara, keberadaan alat perekam bisa menjadi bukti apabila sewaktu-waktu
narasumber mengelak dan protes terhadap berita yang ditulis.
Ø Menghargai
narasumber dan membuat janjian.
2.
Observasi atau pengamatan
Observasi atau pengamatan merupakan
teknik rreportase dengan cara mengamati baik setting maupun alur sebuah
peristiwa di lapangan, menggunakan semua indera adalah keharusan pada saat
pengamatan. Dan terjun langsung ke lapangan, reporter akan merasakan langsung
peristiwa yang terjadi di lapangan, sehingga ia bisa menyampaikan informasi
yang valid kepada pembaca. Pada saat observasi ini, data yang diperoleh
sebaiknya didokumentasikan.
3.
Riset
dokumentasi
Riset dokumentasi merupakan salah satu teknik
pengumpulan data dan fakta dengan riset melalui buku, internet, dan sumber-sumber
dokumentasi data lainnya.Dalam memilah bukti, semua indera kita harus terlibat
untuk memilah mana yang berarti dan tidak berarti untuk mendukung suatu peristiwa.
Berikut langkah untuk memastikan kembali, apakah
semua bukti telah mendukung sebuah peristiwa
• Kenali bukti yang di temukan dan pahami sifat
dasar bukti tersebut. biasanya dari narasumber yang memberikan informasi
data dan fakta, semua harus dipahami terlebih dahulu.
• Apakah bukti tersebut saling berkaitan ( jika iya,
sampai kemana bukti tersebut saling berkaitan)
• Pastikan harus ada kesimpulan dari semua bukti
yang sudah dikumpulkan, untuk ada sikap didalam sebuah berita.
• Cek, Ricek, dan Triplecek semua bukti yang sudah
ada
Menurut Bill Koevach Seperti halnya bangunan, kegiatan
jurnalistik, berdasarkan teknik-tekniknya bisa dikelompokkan kepada tiga jenis
:
ü Reportase
interpretatif / dasar → menghasilkan berita langsung (straight news).
ü Reportase
partisipatif / madya (menengah) → menghasilkan berita kisah (news feature).
ü Reportase
/ investigatif lanjutan → menghasilkan berita analisis (news analysis).
Semua
teknik reportase dasar mutlak diperlukan dalam reportase madya dan reportase
lanjutan. Akan tetapi, banyak teknik-teknik reportase lanjutan yang tidak perlu
dipakai dalam reportase madya dan reportase dasar. Demikian juga halnya dengan
teknik reportase madya dalam reportase dasar.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Steve Weinberg Reportase berasal dari
bahasa Latin, reportare, yang berarti membawa pulang sesuatu dari tempat lain. Reportase
adalah kegiatan jurnalistik dalam meliput langsung peristiwa atau kejadian di
lapangan. Wartawan mendatangi langsung tempat kejadian atau TKP (Tempat
Kejadian Perkara) lalu mengumpilkan fakta dan data seputar peristiwa tersebut.
Di sini, reporter selain melaporkan apa yang dilihat di lapangan, juga
memberikan tambahan informasi yang ada relevansinya dengan peristiwa yang sedang
berlangsung. Reportase memiliki beberapa macam diantaranya reportase sederhana
dan reportase mendalam. Reportase ini terbagi lagi menjadi reportase
interpretatif, partisipatif dan investigasi.
Reportase dan berita berbeda dalam teknik
penyajian, yaitu teknik reportase dan teknik penyajian berita. Sekalipun
demikian, baik reportase maupun berita, keduanya merupakan karya jurnalistik.
Reportase berfungsi menjelaskan atau melaporkan apa yang dilihat di lokasi
kejadian, sedangkan berita berfungsi menginformasikan fakta yang timbul sebagai
akibat adanya suatu peristiwa dan atau pendapat. Dengan demikian, reportase
memiliki fungsi lebih luas, yaitu selain menginformasikan, juga menjelaskan,
sedangkan berita hanya menginformasikan fakta.
3.2 Saran
Diharapkan kedepannya agar pemberitaan di media
dapat ditingkatkan lagi sumber dan bukti yang akurat yang dicari di lapangan,
dan seorang jurnalis tidak mudah terpengaruh dengan isu-isu yang tidak akurat
dilapangan yang membuat kesulitan wartawan dalam mencari bukti-bukti dilapangan
karena wartawan sudah memiliki beberapa aturan hukum diantaranya aturan hukum
pers dan undang-undang penyiaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah,
Yanuar, Dasar-Dasar Kewartawanan, Padang: Angkasa Raya, 1992
M.
Romli, Asep Syamsul, Jurnalistik Praktis untuk
Pemula, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009
Ermanto, Wawasan Jurnalistik Praktis, Yogyakarta: Cinta Pena,
2005
Kuncoro,
Mudrajad, Mahir Menulis, Jakarta: Erlangga,
2009
Yurnaldi, Kiat Praktis Jurnalistik, Padang: Angkasa Raya, 1992
www.academia.edu/Teknik
Reportase Dasar diakses pada tanggal 9 Juni 2016 pukul 10.30
IGT to ZR/ZR zinc oxide and titanium dioxide sunscreen
BalasHapusZR/ZR zinc oxide and titanium dioxide sunscreen. ZR/ZR zinc oxide titanium strength and titanium dioxide sunscreen. titanium banger 1,400. ZR/ZR, ZR/ZR. 442. ZR/ZR, titanium spork ZR/ZR, ZR/ZR. 442. ZR/ZR, ZR/ZR, babyliss pro titanium ZR/ZR, ZR/ZR. 442. ZR/ZR. micro touch hair trimmer
ka366 crocs kumisaappaat,havaianas flip flop,vivobarefootlondon,veja femme,dsquared2 usa,crocs south africa,veja sneakers australia,veja sneakers japan,stockx eu mf251
BalasHapus